JANJI BUNGA MATAHARI


31654-Vintage-Sunflower

Dulu di depan rumah, ibu pernah menanam beberapa bunga, salah satunya bunga matahari. Tidak banyak, hanya beberapa saja. Batangnya kurus-kurus dan bunganya besar berwarna kuning cerah. Putiknya mengingatkan saya pada kuaci yang butuh ketelatenan ekstra untuk memakannya. XD

Janji Bunga Matahari. Ini merupakan novelet pertama yang saya tulis dan saya masukkan untuk buku Kenangan. Terinspirasi dari soundtrack Doraemon: Stand By Me dengan judul dalam bahasa Jepang Himawari No Yokusoku. Sejak mendengar lagu itu saya ingin suatu hari nanti bisa menulis cerita dengan judul tersebut. Saya sudah beberapa kali mencoba membuat cerpen dengan judul itu, namun hasilnya jelek. >_<

Saya masih ingat, ketika itu Jesika—salah satu pembaca novel-novel saya. Usianya sama dengan adik saya yang menginjak bangku SMA—bercerita tentang sekolah baru dan teman-temannya via chat BBM. Setelah itu saya jadi kepikiran menulis naskah remaja, tapi menulis tentang apa?

Ketika keinginan menerbitkan kumpulan cerpen secara indie itu muncul, saya diingatkan kembali pada janji bunga matahari. Awalnya saya ingin membuat cerpen, untuk menambah 9 cerpen yang sudah ada sebelumnya, dengan keinginan kuat ada karya yang benar-benar baru. Saya mulai riset dan membuka kembali folder lama yang berisi beberapa hal yang mendukung cerita untuk cerpen ini.

Setelah kepala terasa sudah penuh, saya pun mulai mengetik bagian pertama yang sudah ada di imajinasi setiap adegannya. Lancar. Lalu, saya berhenti. Ragu, saya lantas mengirimkan bagian ini pada dua orang teman yang selanjutnya saya post di note facebook. Keraguan muncul karena sudah lama tidak menulis, tapi ternyata responnya positif. Saya berhenti menulisnya dalam beberapa hari. Saya berpikir cerita ini tidak akan selesai hanya dalam sekian halaman, dan di bagian mana saya bisa meletakkan inti dari Janji Bunga Matahari itu sendiri?

Beberapa hari berpikir diselingi membaca hasil riset, saya memutuskan untuk membuat outline karena saya rasa cerita ini bisa lebih panjang dan lebih dalam. Bagian satu tetap saya pakai. Saya membutuhkan sembilan bagian lagi. Jadi total ada 10 bagian dan mulai menambah sejumlah tokoh.

Setelah outline benar-benar jadi, saya pun mulai melanjutkan bagian dua, tiga, dan pada hari ini—sebelum tanggal 28 naskah resmi saya kirim ke penerbit—saya berhasil menyelesaikan ceritanya. Tiga bagian akhir sejujurnya membutuhkan waktu paling lama untuk ditulis karena alasan butuh mood besar. Mood untuk bisa merasakan bagaimana perasaan tokoh utama saya mengetahui sejumlah hal dalam hidupnya. 54 halaman spasi 1.5 dengan margin standar, hampir sebulan. Bagi saya yang menulis cukup lambat selama ini, ini merupakan rekor. Saya kembali merasakan denyut semangat setiap kali menulisnya. Dan, masih belum rela meninggalkan kisah Tomomi.

Janji Bunga Matahari sendiri mengambil setting Jepang. Masa awal-awal sekolah di Koishitai Gakuen. Cerita di dalamnya sederhana, tapi saya berharap ada kehangatan yang dirasakan pembaca setelah selesai membacanya. Saya memasukkan sedikit unsur fantasi di dalamnya, mungkin kamu sudah bisa menebak karena beberapa clue yang tersebar. Tapi semoga tetap ada efek kejutnya ya di akhir. ^_^ Oh iya, maaf karena saya tidak bisa menceritakan Janji Bunga Matahari detailnya bercerita tentang apa dan bagaimana. Tapi, jika kamu ingin membaca bagian satunya nanti akan saya posting di blog.

Terima kasih untuk Nikmatus Solikha—penulis novel Cinta Emang Bego terbitan Moka Media yang bisa kamu dapatkan bukunya di toko buku—untuk masukan beberapa hal tentang Jepang dan jadi first reader yang menyenangkan.

Kabar sedih setelah Janji Bunga Matahari selesai, saya terpaksa menghilangkan satu cerpen di buku kenangan karena alasan jumlah halaman yang berpengaruh pada harga. ^_^ Minta doanya ya semoga prosesnya lancar.

2 respons untuk ‘JANJI BUNGA MATAHARI

Tinggalkan Balasan ke wiwik Batalkan balasan